Rabu, 12 November 2014

Sejarah Pendidikan Islam



MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
MASA BANI UMAYYAH
Oleh: Lilis Maryati

A.    Pendahuluan
Pendidikan Islam merupakan warisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman dari ajaran Islam, dalam rangka membentuk kepribadian utama menurut ajaran Islam. Munculya ilmu pendidikan telah memberi motivasi bagi umat Islam untuk menelusuri sejarah pendidikan Islam. Dengan demikian, sejarah pendidikan Islam bukanlah suatu ilmu yang berdiri sendiri, namun juga merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan telah menguraikan perkembangan pendidikan dari zaman dahulu sampai saat ini.[1]
Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam. Karena itu, periodesasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan sama dengan periodesasi dalam sejarah Islam itu sendiri. Harun Nasution menyebutkan bahwa setidaknya sejarah Islam terbagi dalam 3 periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern, dengan perinciannya yaitu, pada masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632), masa khulafa al-rasyidin (631-661), masa dinasti umayyah (661-750), masa dinasti abbasiyah, dan masa dari jatuhnya kekuatan Islam di Bagdad (750-1250).[2]
Pendidikan pada masa khulafaur rasyidin, pola kepemimpinannya masih mengikuti keteladanan Nabi, yaitu khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Hal ini jauh berbeda dengan dinasti-dinasti selanjutnya, yang dimulai pada masa dinasti umayyah. Dinasti umayyah muncul setelah berakhirnya kekuasaan Ali ibn Abi Thalib. Dinasti umayyah berkuasa kurang lebih 91 tahun.[3]
Bentuk pemerintahan pada masa bani umayyah adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feodal, atau turun temurun. Terjadi reformasi yang cukup banyak, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata, melainkan juga dalam aspek teknologi.[4] Pendidikan pada masa bani Umayyah sangat menarik dan sangat besar pengaruhnya terhadap khazanah ilmu pendidikan Islam saat ini. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mempelajari dan mengungkap sisi pendidikan pada masa bani Umayyah. Makalah sederhana ini akan membahas tentang bagaimana bentuk dan tujuan pendidikan pada masa bani Umayyah, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan pada masa bani Umayyah.

A.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah bentuk dan tujuan pendidikan Islam pada masa bani umayyah ?
2.      Bagaimanakah manajemen pendidikan Islam pada masa bani umayyah ?
3.      Bagaimanakah kurikulum pendidikan Islam pada masa bani umayyah ?

B.     Pembahasan
1.      Bentuk dan Tujuan Pendidikan Islam pada Masa Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyyah. Bani Umayyah berhasil menaklukkan beberapa Negara, dan membuat Islam menjadi berkembang pesat pada masa itu. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru.[5]
Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 hijriyah atau 661-750 masehi). Dengan 14 orang khalifah yang dimulai dari Umayyah ibn Abu Sufyan dan diakhiri Marwan ibn Muhammad. Pada awalnya pemerintahan dinasti bani Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi feodal atau kerajaan. Pusat pemerintahannya bertempat di Damaskus.[6]
Dinasti Umayyah bercorak Arab tulen walaupun ibu kotanya berpindah dari jntung negeri Arab (Madinah) ke suatu kawasan pertemuan peradaban Romawi dan Persia. Pada masa itu, dunia sastra dan syai-syair mengalami kemajuan, dan banyak karya-karya seni Islam yang terpampang di masjid Damaskus. Pada masa ini pula kegiatan penterjemahan dari berbagai bahasa ke bahasa Arab telah mulai dilakukan, dan kegiatan ini dipelopori oleh Khalid ibnYazid.[7]
Adapun bentuk dan tujuan pendidikan pada masa dinasti Umayyah diantaranya:[8]
a.       Pendidikan istana.
Tujuan pendidikan istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan bahkan Muadidib (guru istana) harus mendidik kecerdasan, hati dan jasmani anak.
Adapun rencana pelajaran di istana sebagai berikut :
1)      Al-Qur’an (kitabullah)
2)      Hadits-hadits termulia
3)      Syair-syair yang terhormat
4)      Riwayat hukama
5)      Menulis, membaca, dan lain-lain
b.      Nasihat pembesar kepada Muaddib.
Sebagaimana pembesar Hisyam ib Abdul Malik kepada guru anaknya Sulaiman al-Kalby: “Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku. Aku serahkan kepada engkau untuk memberi adab kepadanya. Maka, tugas engkau adalah bertakwa kepada Allah dan menunaikan amanah. Wasiatku yang pertama kepada engkau supaya engkau ajarkan kepadanya kitabullah. Kemudian engkau riwayatkan kepadanya syair-syair yang terbaik. Sesudah itu engkau ajarkan riwayat kaum Arab dan syair mereka yang baik. Perlihatkan kepadanya sebagian yang halal dan yang haram serta pidato-pidato dan riwayat peperangan.”
c.       Badiah
Badiah yaitu dusun badui di Padang Sahara yang masih fasih bahasa Arabnya dan murni sesuai sesuai dengan kaidah bahasa Arab itu. Akibat dari Arabisasi ini muncullah ilmu qawa’id dan cabang ilmu lainnnya untuk mempelajari bahasa Arab.
d.      Perpustakaan
Al Hakam ibn Nasir (350 H/961 M) mendirikan perpustakaan yang besar di Qurtubah (Cordova)
e.       Bamaristan (Rumah sakit tempat berobat dan merawat orang sakit serta tempat studi kedokteran)
Cucu Muawiyah Khalid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran dalam bahasa Arab agar mudah dipahai dan dipelajari oleh bangsa Arab.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pendidikan pda periode dinasti Umayyah telah mengalami perkembangan dari aspek pengajarannya. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang ke semuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.[9]

2.      Manajemen Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
Pada masa bani Umayyah daerah-daerah yang dikuasai Islam semakin meluas, dan meluasnya daerah kekuasaan Islam ini disertai dengan usaha penyampaian agama Islam kepada para penduduknya oleh para sahabat , baik yang ikut sebagai anggota pasukan, maupun yang kemudian dikirim oleh khalifah dengan tugas khusus mengajar dan mendidik.[10]

Pengajaran Islam pada masa ini dilakukan dengan cara:
a.       Mendirikan Pusat Pendidikan yang Tersebar Di Kota-kota Besar
Pada masa ini kekuasaan Islam sudah mulai tersebar di kota-kota besar. Pusat-pusat wilayah yang baru dikuasai Islam yang berada di luar Madinah kemudian didirikan pusat-pusat pendidikan. Pusat pendidikan ini berada di bawah penguasaan para sahabat, yang kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh para penggantinya (tabi’in) dan seterusnya. Di pusat-pusat pendidikan tersebut timbullah madrasah-madrasah yang merupakan tempat memberikan pelajaran atau tempat pertemuan lainnya.[11]
Madrasah-madrasah yang terkenal pada masa ini adalah:[12]
1)      Madrasah Makkah
Guru pertama yang mengajar di Makkah adalah Mu’ad bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al-Qur’an, hukum-hukum halal dan haram dalam Islam. Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan , Abdullah bin Abbas pergi ke Makkah lalu mengajar disana. Ia mengajarkan tafsir, Hadits, Fiqih dan Sastra. Abdullah bin Abbaslah yang merupakan pembangun madrasah Makkah yang kemudian termasyhur ke seluruh penjuru negeri Islam.
2)      Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyhur, karena disanalah tempat khalifah Abu bakar, Umar dan Utsman, dan disana pula banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Diantara para sahabat yang mengajar yaitu, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar. Zaid bin Tsabit adalah seorang ahli Qiraat dan Fiqh, dan beliaulah yang mendapat tugas memimpin penulisan kembali Al-Qur’an, baik di zaman Abu Bakar maupun di zaman Utsman bin Affan. Sedangkan Abdullah bin Umar adalah seorang ahli hadits. Beliau dianggap sebagai pelopor madzab Ahl al Hadits yang berkembang pada masa-masa berikutnya.
3)      Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah adalah Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa terkenal sebagai ahli Fiqh, Hadits dan ilmu Al-Qur’an. Sedangkan Anas bin Malik termasyhur dalam ilmu hadits.
Guru madrasah Basrah yang terkenal lainnya adalah Hasan Al-Basri dan Ibn Sirin. Hasan Al-Basri selain seorang ahli Fiqh, ahli pidato dan kisah, juga terkenal sebagai seorang ahli pikir dan ahli tasawuf. Ia dianggap sebagai perintis madzab Ahl Al-Sunnah dalam lapangan Ilmu Kalam. Sedangkan Ibn Sirin adalah seorang ahli Hadits dan Fiqh, yang belajar langsung dari Zaid bin Tsabit dan Anas bin Malik.
4)      Madrasah Kuffah
Ulama sahabat yang tinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, sedangkan Abdullah bin Mas’ud sebagai guru agama. Ibnu Mas’ud adalah utusan resmi Khalifah Umar untuk menjadi guru agama di Kufah. Beliau adalah seorang ahli tafsir, ahli fiqh dan banyak meriwayatkan hadits-haditsNabi Muhammad SAW.
5)      Madrasah Damsyik
Penduduk negeri Syam banyak yang memeluk agama Islam, setelah negeri tersebut menjadi bagian dari Negara Islam. Maka, khalifah Umar bin Khattab mengirimkan tiga orang guru agama ke negeri itu, yaitu : Muaz bin Jabal, Ubadah dan Abu Dardak. Mereka mengajar di Syam pada tempat-tempat yang berbeda, yaitu Abu Dardak di Damsyik, Muaz bin jabal di Palestina, dan Ubadah di Hims.
6)      Madrasah Fistat (Mesir)
Sahabat yang mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin Amr bin Al-As. Ia adalah seorang ahli hadits. Ia tidak hanya menghafal hadits-hadits yang didengarnya dari Nabi Muhammad SAW melainkan juga menuliskannya dalam catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan hadits-hadits itu kepada murid-muridnya.


b.      Mengadakan Gerakan-gerakan Ilmiah
Pada masa bani Umayyah, mulai dirasakan kestabilan politik oleh semua Negara-negara Islam. Sehingga orang-orang Islam mengarahkan perhatiannya kepada kebudayaan, ilmu dan peradaban yang mereka jumpai di negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan. Berikut merupakan gerakan-gerakan ilmiah yang muncul pada masa bani Umayyah:[13]
1)      Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Al-Qur’an yang telah dikodifikasi pada masa Abu Bakar dan Utsman ibn Affan ditulis tanpa titik dan baris. Menurut salah satu riwayat, ulama yang pertama kali memberikan baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan al Bashri. Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang pertama kali membuat barid dan titik-titik pada huruf Al-Qur’an adalah Abu al-Aswad al-Duwali.
2)      Penulisan Hadits
Umar ibn Abdul Aziz adalah khalifah yang menggagas penulisan hadits. Atas perintah khalifah, pengumpulan hadits mulai dilakukan oleh para ulama. Dalam sejarah tercatat bahwa ulama yang pertama mebukukan hadits adalah Imam al-Zuhri.
3)      Teologi Islam (Ilmu Kalam)
Pemikiran Islam timbul akibat adanya pemikiran teologis dari agama Kristen. Pemikiran Islam tersebut kemudian disebut dengan Ilmu Kalam. Semula Ilmu Kalam bertujuan untuk menolak ajaran-ajaran teologis agama Kristen yang sengaja dimasukkan untuk merusak akidah Islam. Namun pada perkembangan selanjutnya muncul aliran-aliran teologis Islam, sebagai akibat dari tahkim yang dimenangkan secara licik oleh Mu’awiyah. Aliran-aliran yang muncul saat itu adalah Khawarij dan Murji’ah. Selain itu, berkembang pula aliran-aliran teologi yang lain yaitu Syi’ah dengan teori imamahnya dan Mu’tazilah dengan rasionya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada masa bani Umayyah peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual muslim mulai berkembang pada masa ini. Pada masa ini pola pendidikan bersifat desentralisasi, tidak memiliki tingkatan dan standar umum. Kajian keilmuan berpusat di Damaskus, Kuffah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, dan beberapa kota lainnya. Jadi, pendidikan tidak hanya berpusat di Madinah seperti pada masa Nabi dan khulafa ar-rasyidin, melainkan ilmu telah mengalami ekspansi seiring dengan ekspansi territorial.[14]
Ilmu-ilmu yang dikembangkan pada masa ini yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Dalam memberikan pelajaran, pada masa khulafa ar-rasyidin gurunya tidak dibayar. Akan tetapi pada masa bani Umayyah ada di antara penguasa yang membayar atau meggaji guru untuk mengajar putranya, bahkan disediakan tempat mukim untuk guru di dalam istana. Di samping itu masih ada juga yang melaksanakan pendidikan dengan cara lama, yaitu belajar di pekarangan sekitar masjid, terutama ini terjadi di kalangan siswa yang berlatar belakang ekonomi lemah. Untuk model semacam ini, guru tidak dibayar , melainkan hanya mendapat penghargaan dari masyarakat. Adapun materi ajar yang diberikan adalah baca tulis yang secara umum diambil dari syair atau sastra Arab.[15]

3.      Kurikulum Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah mulai berkembang ilmu-ilmu bidang tafsir, hadits, fiqih, dan ilmu kalam. Sehingga muncul para tokoh ulama terkenal, seperti Hasan Al-Basri, Ibn Shihab Al-Zuhri dan Washil Ibn Ata’. Yang menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak.[16]
Pemerintah pada masa dinasti Umayyah sangat menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Bentuk perhatiannya yaitu dengan memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuwan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu meakukan kaderisasi ilmu.[17]

Berikut merupakan kurikulum yang dipakai pada masa bani Umayyah:[18]
a.       Bersifat Arab
Pendidikan pada masa Bani Umayyah bersifat Arab dan Islam tulen. Pada periode ini pengajaran Islam dilakukan dengan cara membentuk halaqah-halaqah ilmiah yang diselenggarakan di masjid-masjid. Dari halaqah-halaqah tersebut akhirnya berkembang dan melahirkan beragam madzab dan aliran-aliran Islam.
b.      Berusaha Meneguhkan Dasar-dasar Agama Islam yang Baru Muncul
Pada periode ini banyak dilakukan penaklukan-penaklukan wilayah dalam rangka menyiarkan dan menguatkan prinsip-prinsip agama Islam. Pada masa ini pula, khalifah-khalifah mengutus para ulama ke seluruh negeri bersama para tentara untuk menyiarkan dakwah Islamiyah.
c.       Prioritas Pada Ilmu-Ilmu Naqliyah dan Bahasa
Pada periode ini, pendidikan Islam memberi prioritas pada ilmu-ilmu naqliyah yang meliputi ilmu-ilmu agama yang terdiri dari membaca al-Qur’an, tafsir, hadits, dan fiqih, begitu juga dengan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu-ilmu tersebut, yaitu ilmu-ilmu bahasa, seperti ilmu nahwu, bahasa dan sastra.
d.      Menunjukkan Perhatian Pada Bahan Tertulis Sebagai Media Komunikasi
Pada masa Bani Umayyah  penulisan semakin banyak dan terbagi menjadi lima bidang, yaitu penulis surat-surat, penulis harta, penulis tentara, penulis polisi dan penulis hakim. Penulisan Bahasa Arab itu menjadi lebih penting ketika pengaraban kantor di negeri-negeri Islam. Dengan demikian, kita dapati pada masa ini terjadi Arabisasi dalam semua segi kehidupan dan Bahasa Arab dijadikan bahasa komunikasi baik lisan maupun tulisan di seluruh wilayah Islam.
e.       Membuka Jalan Pengajaran Bahasa-bahasa Asing
Pengajaran bahasa-bahasa asing dirasa perlu, sabagai akibat dari interaksi Islam dengan Negara lain dan semakin meluasnya daerah kekuasaan orang-orang Islam ke luar kawasan semenanjung Arabia. Dengan demikian pengajaran bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi Pendidikan Islam masa itu bahkan semenjak kemunculan Islam pertama kali dalam rangka memenuhi universalitas agama Islam.
f.       Menggunakan Surau dan Masjid
Pendidikan Islam pada masa itu berpusat di masjid-masjid dan surau. Diantara jasa besar dinasti bani Umayyah dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas ilmiah, termasuk syair, sejarah bangsa-bangsa terdahulu, perdebatan, aqidan serta pengajaran-pengajaran lainnya.

C.    Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa bani Umayyah sudah mengalami kemajuan, baik di bidang agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini ditandai dengan meluasnya penyebaran-penyebaran agama Islam ke berbagai daerah yang sudah dikuasai Islam. Selain itu, pada masa ini mulai berkembang madrasah-madrasah yang digunakan sebagai pusat pendidikan yang sudah mulai tersebar di luar Madinah. Selain itu dalam bidang pendidikan juga sudah mengalami kemajuan, yaitu ditandai dengan semakin bertambahnya ilmu pengetahuan yang baru, seperti kedokteran. Pola pendidikan yang dipakai pada masa dinasti ini adalah system kuttab yang terpusat pada masjid, istana, serta rumah guru.
Demikianlah gambaran umum tentang pendidikan Islam pada masa bani Umayyah. Meskipun pada periode ini masih dilakukan ekspansi dalam penyebaran agama islam, namun perhatian para khalifah dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan masih tetap besar. Minimal mereka memberikan nasihat-nasihat kepada para pendidik anaknya. Pada masa itu, masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan-kegiatan ilmiah dan perkembangan ilmu. Dengan penekanan ini, di masjid mulai diajarkan beragam ilmu, mulai dari tafsir, hadits, fiqih, sastra, sejarah, teologi, syair dan lainnya dengan menggunakan metode perdebatan. Dalam perkembangan pendidikan Islam, masa bani Umayyah inilah yang di anggap paling cemerlang.

Daftar Pustaka
Syukur, Fatah, 2012, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, Jakarta: UI Press
Nizar, Samsul, 2007, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Islam Era     Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana
Zuhairini dkk, 1985, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Anwar, Saepul, Pendidikan Islam Masa Dinasti Umayyah, dalam website             http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-                SAEPUL_ANWAR/Artikel,_dll/PENDIDIKAN_ISLAM_MASA_DINASTI_UMAYYAH.pdf  diakses      pada tanggal 15 September 2014



[1] Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012, hlm 11
[2] Saepul Anwar, Pendidikan Islam Masa Dinasti Umayyah, dalam website http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/198111092005011-SAEPUL_ANWAR/Artikel,_dll/PENDIDIKAN_ISLAM_MASA_DINASTI_UMAYYAH.pdf  diakses pada tanggal 15 September 2014
[3] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Islam Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, hlm 53
[4] Ibid, hal 53
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya jilid I, Jakarta: UI Press, 1985, hlm 55-57
[6] Samsul Nizar, Op. Cit, hlm 57
[7] Saepul Anwar, Op. Cit
[8] Samsul Nizar, Op. Cit, hlm 61-62
[9] Ibid, hlm 63
[10] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1985, hlm 71-72
[11] Ibid, hlm 72
[12] Ibid, hlm 72-75
[13] Saepul Anwar, Op. Cit
[14] Samsul Nizar, Op. Cit, hlm 60
[15] Ibid, hlm 61
[16] Harun Nasution, Op. Cit, hlm 58
[17] Samsul Nizar, Op. Cit, hlm 59
[18] Saepul Anwar, Op. Cit